PULIH (Review Film Ketika Berhenti Disini)


                                                                                    pict from instagram @ketikaberhentidisinifilm


 Pertama, mau sungkem dulu sama penulis skenarionya. Baguuss bangeett🤩👍.

Ngikutin karier Prilly dari zaman jadi sohibnya manusia serigala, lalu FTV, film dan series2nya, buat saya so far, menjadi Dita adalah favorit saya (bahkan dibanding saat beradu akting dengan the one on only Reza Rahadian di My Lecturer My Husband, saya lebih jatuh cinta dengan Dita 😍).


Dita berhasil menyeret saya ke dalam labirin emosi dan merayakan kehilangan di dalamnya. Gimana tertatihnya dia untuk bisa berdamai dengan keadaan benar-benar kayak naik roller coaster. Bermula sempat denial, lalu boundaries semu yang ia buat justru jadi semacam bom waktu yang siap meledak kapan aja. Sedih, kecewa, marah, takut, semua emosi sampai banget ini di hati👍.

Lagi-lagi terkesima dengan akting Bryan Domani setelah first impression di Miracle in Cell No. 7 yang terlebih dahulu sukses mencuri perhatian. Tapi jujur, lebih bisa ngerasain jatuh cintanya Ifan ke Dita sih daripada Ed ke Dita #timDitaIfan. Sebelum lihat akting Bryan di Miracle Cell No. 7 dan sekarang ditambah peran Ed ini, setiap kali lihat doi masih kebayang zaman Bryan jadi member Super 7 🙏🏼😄. But now, di film ini, Bryan lewat Ed sukses menempatkannya menjadi salah satu aktor kebanggaan Indonesia👍👍🤩.

And, here it is, my new favorit actor setelah Reza Rahadian, please welcome Refal Hady (beri tepukan yang gemuruh yaa 👏👏). Saya jatuh cinta sekali dengan Ifan. Cara dia men-treatment Dita, sweet banget😍😍. Kalo Dita ngasih tau bahwa jangan pernah berhubungan dengan seseorang yang belum selesai dengan masa lalunya, maka Ifan ngajarin gimana caranya mencintai setulus hati, nggak peduli cinta itu berbalas atau hanya cinta dalam hati (mungkin saya agak lain ya, nangis bombay malah pas Ifan tahu Dita belum selesai dengan masa lalunya. Sediih banget 😭😭). Dari Ifan juga, belajar tentang meregulasi emosi dengan baik. Gimana marah dan kecewanya Ifan dikemas dengan elegan. Marah, tapi kelihatan nggak marah. Kecewa, sedih, tapi diregulasi dengan baik, sehingga nggak ngerugiin diri sendiri apalagi orang lain. Suka banget akting Refal disini. Bahkan jika dibanding saat doi menjadi Galih atau pun Mas Bian, Ifan lebih mencuri perhatian saya✌️😊. Back to personal taste ya🤗. 

Dari awal sebelum nonton, sengaja nggak ngulik banyak tentang film ini. Nggak baca review di Twitter ataupun Instagram. Tahunya hanya sebatas, 'film-nya Umay dan Prilly. Cast-nya Prilly, Brian dan Refal'. Jadi pas satu persatu cameo bermunculan, benar-benar dapet banget vibes element surprised-nya. Marshel Widianto, meski hanya beberapa scene, menjadi salah satu yang favorit dan 'menyegarkan' di sepanjang film yang sangat emosional ini. 

Soundtrack-nya bagus semua, meaning full (khas Nadin Amizah. Ada yang Umay nyanyi juga. Love it😍). Tadinya saya kira ada salah satu lagu The Corrs, karena ada scene Dita pake baju The Corrs, ternyata Beautiful Day-nya Coldiac. Nice👍🥰 .

Over all 8/10. Salah satu film yang very recommended buat semua yang sedang merayakan kehilangan. Don't worry, sedih nggak akan selamanya, pun bahagia. Hanya soal waktu, saat semua akan merasakannya satu per satu. Saat sedih, tak usah buru-buru untuk bergegas menuju bahagia. Ambil waktu untuk 'menikmati' sedih itu, untuk merayakan kehilangan, untuk berdamai dengan keadaan, tanpa menyalahkan kenyataan. Hingga tiba di titik 'pulih', titik dimana saat ingatan itu hadir kembali, tak lagi ada muatan emosi di dalamnya. Saat ingatan itu hadir kembali, semua tetap baik-baik saja🥰🤗. 

Sebab pelangi akan selalu hadir setelah badai menerjang bukan?🥰.

Btw, Refal Hady mirip sama Rege Jean Page nggak sih? 😊💜


                                                        pict from google, edit by canva



Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI NOVEL: PEREMPUAN MISTERIUS